Rabu, 22 Agustus 2007

Film and the Producer



Di balik kesuksesan sebuah film, diantara sekian banyak manusia dibalik layar yang terlibat, sosok produser adalah penentu utama nasib film setelah selesai dikerjakan. Ingat, sebuah film dapat dikatakan selesai bukan ketika selesai melewati masa editing, melainkan usai di putar di hadapan penonton, karena film (sebagai esensinya) adalah wahana (media) untuk menyampaikan sesuatu dalam bentuk audio dan visual. Screening umum, khusus, terbatas (diputar di kamar sendiri dengan penonton dirinya sendiri, lalu memuji-muji diri sendiri seolah telah mendapat oscar), baik gratisan maupun ticketing, juga yang dilombakan (festival), adalah bentuk-bentuknya.

Dan sosok yang akan kita bicarakan kali ini, tentu saja sosok produser film Sang Saka. Viko Amanda (yang sering diplesetkan Harwan Panuju menjadi Viko 'Arnada' - mengambil nama belakang produser beken Erwin Arnada).

Lelaki bertubuh tinggi besar inilah kunci kesuksesan Sang Saka setelah selesai di kerjakan Harwan Panuju dan tim produksinya. Darah produsernya terlihat ketika dengan seksama, Sang Saka di produksi oleh production house miliknya, X-Code, dan di launching bersamaan dengan perayaan National Day di bulan Agustus ini.

Memilih cerita yang tepat, menentukan skenario yang pas, menunjuk sutradara yang cocok, serta mengetahui segmen pasar yang dituju oleh film yang diproduserinya merupakan bukti bahwa Viko adalah tipe produser yang handal. Merujuk pada National Day hari kemerdekaan, Viko memilih skenario Sang Saka, menujuk Harwan Panuju (yang nota bene punya pengalaman menangani anak-anak), serta menentukan jadwal rilis Sang Saka saat National Day adalah contoh-contoh jitu apa yang dilakukan produser film ini.

Bulan September depan (walau sedikit meleset dari Bulan Agustus), Sang Saka akan dimuat dalam Fresh Magazine, ini pun bukti 'kegiatan' lain sang produser dalam 'mengkampanyekan' filmnya. Tak canggung untuk membuka komunikasi dengan media sebagai wahana promosi, menggelar pemutaran diberbagai venue adalah bentuk-bentuk 'kegiatan' lain produser.

Bahkan, pada suatu kesempatan, Erwin Amanda, eh maaf, Erwin Arnada pernah berkisah, jika tanggal 1 Januari, bertepatan dengan tahun baru 2008 mendatang, dirinya telah membooking jaringan 21 untuk merilis filmnya, dan yang menarik disini, Erwin bahkan belum memiliki film yang tengah disiapkan, atau menjalani produksi bahkan film jadi untuk di premier pada tanggal 1 Januari tersebut. Ini bukti bahwa produser harus memiliki visi jauh ke depan.

Well, bukankah untuk mencapai sebuah tujuan kita harus bergerak? Tak sekedar bermimpi dan membual? Bukankah untuk mencapai puncak sebuah tiang, Sang Saka harus dikerek dengan tali sehingga dapat berkibar?

Sabtu, 18 Agustus 2007

sangsaka menuju DAGADU


Dalam rangka menyambut HUT RI ke 62, Dagadu Djokdja punya gawe program “Mereka atau Aseli!“ serta event PK 17-an , yaitu acara pemutaran film indie bertemakan patriotisme dan perjuangan

Film yang diputar :

• Sang Saka (setiap malam,17-19 Agustus 2007))

• Manusia Setengah Dewa (Jum'at,17 Agustus 2007)

• Lubang Tak Berujung (Sabtu, 18 Agustus 2007)

• Kalah Atau Menang (Minggu, 19 Agustus 2007)

Rabu, 15 Agustus 2007

Camiseta Personalizada mengatakan...

Camiseta Personalizada mengatakan...
Oi, achei teu blog pelo google tá bem interessante gostei desse post. Quando der dá uma passada pelo meu blog, é sobre camisetas personalizadas, mostra passo a passo como criar uma camiseta personalizada bem maneira. Se você quiser linkar meu blog no seu eu ficaria agradecido, até mais e sucesso.(If you speak English can see the version in English of the Camiseta Personalizada.If he will be possible add my blog in your blogroll I thankful, bye friend).

2007 Agustus 13 10:42

pemutaran film sangsaka


aksikan
karya dari Harwan panuju
produksi X CODE FILMS

di tempat2 berikut ini :

17 agustus 2007
taman sari foodcourt PLASA AMBARRUKMO
jam 16.30 - 17.30

17,18,19 Agustus 2007
dagadu pakuningratan
setiap jam 19.00 - 20.00

saksikan juga di dagadu pakuningratan film2
Manusia setengah Dewa - fajar nugroho
lubang tak berujung - sigit ariansyah
kalah atau menang - donny prasetyo

semua ini gratis.....
MERDEKA!!!!!

Senin, 06 Agustus 2007

Nasionalisme Yang Lugu


Dulu saya pernah ngobrol dengan Director film ini, maz Harwan Panuju a.k.a maz Achonk(entah beliau ingat atau tidak) tentang semangat nasionalisme, tentang semangat persatuan, dan tentang semangat 17 an yang semakin lama semakin hilang. Waktu itu saya dengan pedenya dan tanpa malu mengaku bahwa bukanlah seorang yang nasionalis. Bukanlah orang yang begitu peduli bahwa warna merah di bendera kita adalah darah dan warna putihnya adalah pengorbanan suci para pahlawan. Bagi saya itu semua hanyalah sebuah dongeng kakek waktu menidurkan saya dulu.
Tapi akhir-akhir ini saya merasakan nasionalisme itu mulai tumbuh dan menjalari setiap urat dan saraf saya. Hal ini mulai saya rasakan sejak menyaksikan kiprah tim nasional kita di ajang Piala Asia. Semangat pemain dan suporter kita menyuntikan euforia yang begitu membuncah di hati dan membuat saya sadar, bahwa saya begitu mencintai negri ini.
Belum turun tensi nasionalisme saya pasca kekalahan Tim Indonesia atas Tim Korsel, mau tak mau rasa itu dinaikan lagi kala menonton sebuah film pendek berjudul Sang Saka.
Seperti halnya rasa nasionalisme yang mengetuk pintu hati saya dengan segala keluguannya, film ini menawarkan sebuah pehaman yang kurang lebih sama. Sebuah keluguan yang bermakna tapi sering di acuhkan oleh orang yang bersandar pada logika. Adit, tokoh utama di film ini harus menyerah pada kenyataan bahwa sebuah semangat nasionalisme harus disertai dengan pengorbanan yang kadang menyakitkan. Ia dihukum gurunya berjemur di tengah lapangan karena terlambat datang upacara(Prosesi yang kini hanya bernilai formalitas saja) tanpa mau tahu alasan Adit terlambat adalah membela martabat bangsa. Dan seperti selayaknya, sebuah pengorbanan pasti ada harganya. Satu orang lagi tumbuh rasa nasionalismenya dan memberi penghormatan tertinggi pada Sang Saka. Dan Adit tersenyum bangga karena teraniaya atas nama Bangsa.
Percayalah, di luar segala kekurangannya, film ini memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar teknis. Film ini berhasil menyampaikan dan memepertanggungjawabkan pesan yang ia bawa. Sebuah pesan yang lugu serta indah tentang nasionalisme. Dan bukankah sebuah film yang baik adalah film yang berhasil menyampaikan pesan yang dibawa serta mengantar penontonnya kepada suatu pemahaman yang tidak sekedar numpang lewat? Bagi saya, film ini sukses dikeduanya.

Bravo Maz Achonk!!!
Ditunggu karya selanjutnya ya....

Semangat !!!! ^_^

Jumat, 03 Agustus 2007

SIGIT ARIANSYAH.........


Sigit
Posted 03/08/2007 10:23
Selamat atas filmnya bro... yang penting, bikin lagi dan bikin lagi. Tapi jgn lupa Trio Macan-nya yhaa.. GoodLuck...!

GIWANG sound director sangSAKA..

giwang berkata...
berproses bersama adalah hal yang tersulit, yang tak ada habis dipelajari. dan ketika dalam proses ini aku harus gunakan rasa, karsa dan karya wah.. sesuatu energi yang meledak-ledak.
sesekalai aku harus menengok ke belakang dimana masa kecilku yang terekam kucoba untuk kuselami kembali.
dan seluruh teman yang ada dalam lingkaran ini adalah sekumpulan energi yang menyemangatiku, dan semoga menjadi sinergi yang luar biasa ketika bertemu dengan energi lain.
thanks

oh ya salam untuk anakku "Denting Sanitya Merdu" selamat ultah yang ke 2...jadilah nada yang senantiasa merdu dalam kehidupan ini.

2007 Agustus 3 06:38