
Di balik kesuksesan sebuah film, diantara sekian banyak manusia dibalik layar yang terlibat, sosok produser adalah penentu utama nasib film setelah selesai dikerjakan. Ingat, sebuah film dapat dikatakan selesai bukan ketika selesai melewati masa editing, melainkan usai di putar di hadapan penonton, karena film (sebagai esensinya) adalah wahana (media) untuk menyampaikan sesuatu dalam bentuk audio dan visual. Screening umum, khusus, terbatas (diputar di kamar sendiri dengan penonton dirinya sendiri, lalu memuji-muji diri sendiri seolah telah mendapat oscar), baik gratisan maupun ticketing, juga yang dilombakan (festival), adalah bentuk-bentuknya.
Dan sosok yang akan kita bicarakan kali ini, tentu saja sosok produser film Sang Saka. Viko Amanda (yang sering diplesetkan Harwan Panuju menjadi Viko 'Arnada' - mengambil nama belakang produser beken Erwin Arnada).
Lelaki bertubuh tinggi besar inilah kunci kesuksesan Sang Saka setelah selesai di kerjakan Harwan Panuju dan tim produksinya. Darah produsernya terlihat ketika dengan seksama, Sang Saka di produksi oleh production house miliknya, X-Code, dan di launching bersamaan dengan perayaan National Day di bulan Agustus ini.
Memilih cerita yang tepat, menentukan skenario yang pas, menunjuk sutradara yang cocok, serta mengetahui segmen pasar yang dituju oleh film yang diproduserinya merupakan bukti bahwa Viko adalah tipe produser yang handal. Merujuk pada National Day hari kemerdekaan, Viko memilih skenario Sang Saka, menujuk Harwan Panuju (yang nota bene punya pengalaman menangani anak-anak), serta menentukan jadwal rilis Sang Saka saat National Day adalah contoh-contoh jitu apa yang dilakukan produser film ini.
Bulan September depan (walau sedikit meleset dari Bulan Agustus), Sang Saka akan dimuat dalam Fresh Magazine, ini pun bukti 'kegiatan' lain sang produser dalam 'mengkampanyekan' filmnya. Tak canggung untuk membuka komunikasi dengan media sebagai wahana promosi, menggelar pemutaran diberbagai venue adalah bentuk-bentuk 'kegiatan' lain produser.
Bahkan, pada suatu kesempatan, Erwin Amanda, eh maaf, Erwin Arnada pernah berkisah, jika tanggal 1 Januari, bertepatan dengan tahun baru 2008 mendatang, dirinya telah membooking jaringan 21 untuk merilis filmnya, dan yang menarik disini, Erwin bahkan belum memiliki film yang tengah disiapkan, atau menjalani produksi bahkan film jadi untuk di premier pada tanggal 1 Januari tersebut. Ini bukti bahwa produser harus memiliki visi jauh ke depan.
Well, bukankah untuk mencapai sebuah tujuan kita harus bergerak? Tak sekedar bermimpi dan membual? Bukankah untuk mencapai puncak sebuah tiang, Sang Saka harus dikerek dengan tali sehingga dapat berkibar?