Senin, 06 Agustus 2007

Nasionalisme Yang Lugu


Dulu saya pernah ngobrol dengan Director film ini, maz Harwan Panuju a.k.a maz Achonk(entah beliau ingat atau tidak) tentang semangat nasionalisme, tentang semangat persatuan, dan tentang semangat 17 an yang semakin lama semakin hilang. Waktu itu saya dengan pedenya dan tanpa malu mengaku bahwa bukanlah seorang yang nasionalis. Bukanlah orang yang begitu peduli bahwa warna merah di bendera kita adalah darah dan warna putihnya adalah pengorbanan suci para pahlawan. Bagi saya itu semua hanyalah sebuah dongeng kakek waktu menidurkan saya dulu.
Tapi akhir-akhir ini saya merasakan nasionalisme itu mulai tumbuh dan menjalari setiap urat dan saraf saya. Hal ini mulai saya rasakan sejak menyaksikan kiprah tim nasional kita di ajang Piala Asia. Semangat pemain dan suporter kita menyuntikan euforia yang begitu membuncah di hati dan membuat saya sadar, bahwa saya begitu mencintai negri ini.
Belum turun tensi nasionalisme saya pasca kekalahan Tim Indonesia atas Tim Korsel, mau tak mau rasa itu dinaikan lagi kala menonton sebuah film pendek berjudul Sang Saka.
Seperti halnya rasa nasionalisme yang mengetuk pintu hati saya dengan segala keluguannya, film ini menawarkan sebuah pehaman yang kurang lebih sama. Sebuah keluguan yang bermakna tapi sering di acuhkan oleh orang yang bersandar pada logika. Adit, tokoh utama di film ini harus menyerah pada kenyataan bahwa sebuah semangat nasionalisme harus disertai dengan pengorbanan yang kadang menyakitkan. Ia dihukum gurunya berjemur di tengah lapangan karena terlambat datang upacara(Prosesi yang kini hanya bernilai formalitas saja) tanpa mau tahu alasan Adit terlambat adalah membela martabat bangsa. Dan seperti selayaknya, sebuah pengorbanan pasti ada harganya. Satu orang lagi tumbuh rasa nasionalismenya dan memberi penghormatan tertinggi pada Sang Saka. Dan Adit tersenyum bangga karena teraniaya atas nama Bangsa.
Percayalah, di luar segala kekurangannya, film ini memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar teknis. Film ini berhasil menyampaikan dan memepertanggungjawabkan pesan yang ia bawa. Sebuah pesan yang lugu serta indah tentang nasionalisme. Dan bukankah sebuah film yang baik adalah film yang berhasil menyampaikan pesan yang dibawa serta mengantar penontonnya kepada suatu pemahaman yang tidak sekedar numpang lewat? Bagi saya, film ini sukses dikeduanya.

Bravo Maz Achonk!!!
Ditunggu karya selanjutnya ya....

Semangat !!!! ^_^

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Oi, achei teu blog pelo google tá bem interessante gostei desse post. Quando der dá uma passada pelo meu blog, é sobre camisetas personalizadas, mostra passo a passo como criar uma camiseta personalizada bem maneira. Se você quiser linkar meu blog no seu eu ficaria agradecido, até mais e sucesso.(If you speak English can see the version in English of the Camiseta Personalizada.If he will be possible add my blog in your blogroll I thankful, bye friend).